Jumat, 06 Juli 2012

Misi Manusia












Islamedia - Tugas manusia sebagai khilafah adalah al-imarah (membangun) dan ar-riayah (memelihara). Cara melaksanakan tugas ini adalah amar ma’ruf nahiy anil mungkar. Pola penumbuhan tugas khilafah adalah dengan membangun dan memelihara yang berkaitan dengan unsur materi dan ruhani. Membangun alam ini dengan melakukan arahan yang akan menghasilkan peradaban, manakala cara syariat akan menghasilkan akhlak. Memelihara alam ini dengan memberikan harapan sehingga menghasilkan balasan yang baik, manakala cara menakuti diancam dengan hukuman. Manusia diciptakan Allah SWT untuk beribadah kepada-Nya sehingga dari ibadah ini muncul ketakwaan. Dengan takwa manusia memperoleh izzah yang menjadi bekal tugas khalifahnya terhadap manusia dan alam. Tugas khalifah di muka bumi adalah al-imarah (membangun) dan ar-riayah (memelihara) dengan cara amar ma’ruf nahi munkar. Manusia diciptakan oleh Allah sebagai khalifah yang mengemban amanah untuk mengelola alam dan manusia secara baik. Tugas khilafah berupa membangun dan memelihara alam ini merupakan pekerjaan berat tetapi mampu dilakukan oleh manusia karena sesuai dengan potensi yang dimiliki manusia. Khalifah berfungsi untuk membangun dan memelihara lima perkara yaitu: diin, nafs, akal, harta dan nasl (keturunan). Memelihara kelima perkara tersebut dilakukan dengan dakwah mengajak kebaikan dan melarang kemungkaran sehingga Allah akan perlihatkan yang haq adalah haq dan yang batil adalah batil. Syarat untuk mencapai fungsi khalifah dengan baik memerlukan beberapa kekuatan yaitu: kekuatan akidah, kekuatan akhlak, kekuatan jamaah, kekuatan ilmu, kekuatan harta, dan kekuatan jihad. Oleh : Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc Gubernu Sumatera Barat

Kader Imun VS Kader Steril















Islamedia - Seorang al-ustadz pernah menyampaikan bahwa “Proses Tarbiyah ini harus bisa menghasilkan kader yang imun bukan sekedar kader yang steril, karena Meningkatkan Imunitas itu sama pentingnya dengan menjaga sterilitas“. Dalam konteks pembinaan, kader yang steril adalah kader yang sudah terbiasa dengan lingkungan yang sudah terjaga, terisolasi dan jauh dari pengaruh lingkungan buruk. Sedangkan kader yang imun adalah kader yang sudah dipersiapkan untuk bisa menjaga dan membentengi diri dari pengaruh lingkungan luar.Ia membangun ‘daya tahan’ terhadap perubahan konsisi lingkungannya. Kader yang imun sudah terbina untuk tetap terjaga dalam kondisi dan situasi seperti apapun, hatta ketika berada pada kondisi terburuk sekalipun. Sehingga ketika ia sudah keluar dari masa ‘karantina’ atau masa sterilisasi, ia tak mudah terkontaminasi dengan keadaan sekitar. Dakwah kampus misalnya, sering kita mendengar bahwa ada aktivis dakwah kampus yang semasa kuliahnya sangat begitu aktif dalam aktivitas dakwah bahkan menjadi salahsatu penggeraknya, namun ketika sudah lulus kuliah dan berada dalam dunia kerja, seakan militansi yang selama ini ada luntur seketika. Tak ada lagi heroisme yang dulu ada, saat di kampus merasa begitu haus akan ilmu, berjalan mengunjungi satu majlis ke majlis lainnya di kampus. Namun, setelah lingkungan barunya tidak menyediakan fasilitas serupa, semangat menuntut ilmupun dengan sendirinya semakin memudar. Enggan mendatangi majlis ilmu dengan alasan kerja atau keluarga. Seorang ikhwan misalnya, bila yang dibangun semasa di kampus hanya pada tataran sterilisasi diri dari pergaulan maka akan terjadi shock culture dan bisa jadi membawanya pada kondisi kefuturan. Atau pada diri akhwat, bila tak meningkatkan imunitas saat masa-masa penanaman ideology di kampus aka nada kemuungkinan misalnya, semakin memperkecil atau memendekkan jilbab yang dipakainya. Oleh karenanya, penting dibangun sebuah imunitas dalam diri seorang aktivis dakwah, agar kapan dan dimanapun ia berada, ia tetap bisa mewarnai lingkungan, bukan terwarnai oleh lingkungannya. Yakhtalitu walakin yatamayyazun. Seorang kader bisa mewarnai bukan terwarnai. Kadang ada diantara kita yang sudah terlanjur merasa nyaman dengan lingkungannya, sehingga ketika memasuki dunia baru yang mungkin bertolak belakang, ia tak mampu menjaga keistiqomahannya seperti dalam lingkungan yang homogen tadi. Akan tetapi, jangan sampai kita cukup berhenti dalam lingkungan steril itu. Karena, mau tidak mau, suatu saat kita pasti akan dihadapkan pada sebuah lingkungan dimana tingkat heterogenitasnya tinggi. Orang-orang dengan berbagai karakter dan worldview yang berbeda akan membaur membentuk suatu komunitas baru yang mungkin termasuk kita di dalamnya. Wallahu A’lam bish showwab 


Oleh : Jupri Supriadi

Guru Ku














Islamedia - Pagi itu, jam 08.00 wib, ahad 7 Juni 2026, jalan By Pass raya kota Padang sudah mulai agak ramai dengan kendaraan bermotor. Jalan dua jalur yang sangat lebar ini memang telah menjadi icon kota Padang. Disamping sebagai pusat kota dengan komplek perkantoran pemdanya yang megah, dikiri-kanan jalannya dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat. Perkantoran, pusat-pusat perbelanjaan, hotel berbint...ang lima, kampus Universitas Internasional Bung Hatta, Rumah Sakit Internasional Semen Padang dan dealer-dealer resmi mobil seperti Mitsubishi, Toyota dan Honda. Sebuah sedan BMW 780i terbaru meluncur pelan di dekat lampu merah lubuk minturun. Tiba-tiba sedan mewah tersebut berhenti di tepi jalan, tepat di depan seorang Ibu yang sedang berdiri menunggu angkot. Seorang lelaki muda, gagah, berpakaian batik, berpenampilan necis dan rapi turun dari sedan tersebut menghampiri sang ibu. “Assalamu’alaikum Buk?, ini Ibuk Nurhayati, kan?” tanya pemuda tersebut. Perempuan berumur 65 an tahun itu kaget, tidak menyangka lelaki parlente pemilik sedan mewah itu menyapa dirinya. “wa’alaikum salaam”, jawabnya larih dan agak gugup. “Ibu lupa ya, dengan saya?” Tanya lelaki itu lagi tanpa menunggu jawaban sang ibu. Sekejap ibu itu terdiam memandang ragu. “Maaf, kamu siapa nak? Nama Ibuk memang Nurhayati” “Alhamdulillah, ternyata saya nggak salah tebak. Saya Andi Buk, murid Ibuk saat di SMA 7 dulu. Saya tamatan tahun 2012.” Dengan sedikit merunduk, Andi menyalami mantan Gurunya itu. Buk Nurhayati pun tersenyum. “Andi.. andi, kamu bikin Ibuk kaget saja. Ibuk kira siapa? Waduh, anak ibuk dah hebat dan sukses sekarang…”. “Alhamdulillah Buk, berkat didikan dan doa Ibuk. Ibuk mau kemana?” Tanya Andi kepada Buk Nurhayati “Ibuk mau ke pasar tabing, ada sedikit yang mau ibu beli.” “Kalau begitu, biar saya anta raja Ibuk. Ayo Buk, silakan naik.” Andi membukakan pintu sedannya. “Gak usah Andi, biar Ibuk naik angkot aja. Banyak angkot kok lewat sini. Merepotkan..!”. “Gak apa-apa Buk, Andi gak repot. Kan ini mobil anak Ibuk sendiri.” Di dalam mobil, andi dan Buk Nurhayati bercerita panjang tentang kisah-kisah dulu di SMA 7. Andi menceritakan kuliahnya semenjak S1 di Unand, lalu S2 di ITB dan mendapat beasiswa S3 di Jepang. Sambil S3 juga sempat bekerja di sebuah perusahaan IT di jepang sehingga bisa menabung. “Alhamdlillah, Andi sudah 2 tahun menjadi dosen di Unand. Disamping itu Andi ada sedikit bisnis IT juga,” ujar di sela-sela obrolannya. Buk Nurhayati bukan main senangnya mendengar penuturan mantan muridnya itu. “Ibuk bangga dengan kesuksesan Andi. Bagi seorang guru, inilah puncak kebahagiaannya. Ketika anak-anak didiknya berhasil dan sukses.” “Ibuk nggak menyangka, Andi yang dulu biasa-biasa saja di kelas, sekarang sudah menjadi orang hebat..” Sesampai di tabing, Andi menunggu Buk Nurhayati berbelanja. Dia sudah berjanji akan mengantar gurunya itu sampai ke rumah. Walaupun sang Guru merasa agak keberatan, namun karena melihat anak didiknya ini sangat serius dan tulus, akhirnya beliau bersedia. Hanya 30 menit Buk Nurhayati pun sudah selesai membeli keperluannya. “Ibuk tinggal dimana?” Tanya Andi kepada Buk Nurhayati setelah mobil dinyalakannya. “Ibu tinggal di komplek perumahan Villa Anggrek, dekat dengan kampus UIN Imam Bonjol sungai bangek. Kita lurus aja dari arah tabing ini ke arah lubuk minturun. Nanti sesampai di pertigaan kita belok kiri.” Jawab Buk Nurhayati Andi segera membawa mobilnya kembali ke arah bypass menuju lubuk minturun. Sesampainya di lampu merah ikur koto, seharusnya mobil mengambil jalan lurus ke arah lubuk minturun, tetapi Andi malah belok ke kanan ke arah aie pacah pusat pemerintahan kota Padang. “Ei, Andi mau kemana ini? Kok nggak berjalan lurus?” Tanya Buk Nurhayati. “Jangan cemas Buk, andi ada sedikit keperluan. Yang penting, andi akan antarkan Ibuk sampai ke depan pintu rumah..?” jawab andi sambil tersenyum. Buk Nurhayati hanya terdiam, dalam pikirannya penuh pertanyaan, mau kemana Andi ini. Andi membawa mobilnya melaju melewati jalan bypass yang lebar dan bersih. Sesampainya di depan Ar Risalah Hypermart, andi membelokkan mobilnya dan parkir di area parkir hypermart tersebut. “Ayo Ibuk, kita masuk sebentar”, kata Andi sambil keluar dari mobilnya. Dengan masih terbengong-bengong, Buk Nurhayati pun keluar dan berjalan mengikuti muridnya menuju Ar Risalah hypermart. Sesampai di dalam, Andi membawa Ibuk gurunya menuju lantai 3, pusat penjualan busana muslimah dan souvenir Islam. “Andi mohon maaf sama Ibuk kalau Andi telah lancang. Izinkan andi membalas sedikit dari jasa-jasa Ibuk yang telah mendidik dan mangajar Andi ketika SMA dulu, sehingga Andi menjadi orang seperti yang Ibuk lihat sekarang ini. Sungguh jasa Ibuk tak akan terbalaskan. Sekarang silakan ibuk mau beli apa saja, ambil apa saja, jangan Ibuk ragu dan sungkan, andi ingin memberikan sedikit bakti andi kepada Ibuk”. Kata andi kepada Ibuknya. Betapa kagetnya buk Nurhayati mendengar perkataan muridnya ini. Suatu yang tak terbayangkan sebelumnya. Dengan berkaca-kaca matanya, Buk Nurhayati menjawab: “Terimakasih anak Ibuk, Andi. Kesuksesan dan keberhasilanmu bagi Ibuk sudah lebih dari cukup. Bahkan itulah puncak kebahagian Ibuk. Tak usah andi repot-repot membalasnya. Seorang guru sangat berbahagia ketika anak-anak didiknya berhasil, sukses menjadi orang, berakhlak mulia, santun, berbakti kepada orang tuanya, mengabdi untuk kepentingan bangsa, Negara dan agamanya. Tak ada lagi kebahagian yang lebih dari itu. Tak usah Andi susah-susah bawa Ibuk ke sini”. “Iya Buk. Sejak Ibuk dan para guru di sekolah kita dulu mengajarkan kepada Andi dan kawan-kawan tentang karakter dan kepribadian, tentang akhlak mulia dan sopan santun, tentang tugas kita sebagai hamba Allah di muka bumi, sejak itu pula Andi berusaha memperbaiki diri. Ibuk tidak sekedar mentransfer ilmu dan pengetahuan kepada kami. Tapi lebih dari itu, ibuk telah tanamkan iman, nilai dan karakter dalam diri kami. Dan itu sangat mahal harganya.” Pagi itupun Andi membelikan beberapa stel pakaian untuk Buk Nurhayati, seperangkat mukena, kain sarung dan sajadah serta sebuah mushaf Al Quran ekslusif untuk gurunya tercinta. Lalu Andipun mengantarkan buk Nurhayati sampai ke rumahnya di komplek perumahan Villa Anggrek. Hari itu menjadi sangat istimewa bagi Buk Nurhayati. Allah telah takdirkan dia bertemu dan melihat sebagian dari hasil kerjanya sebagai guru 14 tahun yang lalu. (mudah-mudahan bukan hanya khayalan) Oleh : Irsyad Syafar, LC, M.Ed Pimpinan Perguruan Islam/Pesantren Ar-Risalah Sumatera Barat

Kamis, 05 Juli 2012

Bersiap Diri Menghadapi Ajal











Islamedia - Tidak ada yang tahu kapan ajal kita akan tiba. Ajal (kematian) adalah rahasia yang dimiliki Allah swt. Dia-lah yang menentukan, kapan kematian itu akan datang menghampiri kita. “Maka apabila telah datang ajal mereka, mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya” (QS. Al-A’raf: 34) Tidak ada yang menyangka, demontrasi pesawat Shukoi sebagai ajang promisi penerbangan berakhir dengan duka yang dalam. Para pramugari dan penumpang yang berpose dengan riang gembira sesaat sebelum pesawat lepas landas, harus berakhir dengan musibah yang sangat menyedihkan semua manusia. Wajah yang cantik dan tampan beberapa jam yang lalu, kini harus hancur dan nyaris tidak dikenali lagi. Begitulah ajal. Ia datang secara tiba-tiba dan sulit diprediksi kapan datangnya. Ia akan datang ke semua orang, baik anak kecil maupun orang dewasa, baik lelaki maupun perempuan, baik rakyat maupun penguasa. Semua akan datang ajalnya. Hidup kita memang dibatasi oleh ajal dan waktu. Cobalah anda siapkan pena dan secarik kertas, lalu tulislah di atas secarik kertas itu angka tahun berikut: “1940—2060”, lalu tanyakan pada diri Anda, apakah Anda pernah wujud dan terlahir di dunia ini sebelum tahun 1940? Lalui tanyakan kembali pada diri Anda, apakah Anda akan hidup terus hingga tahun 2060? Jawabannya adalah tidak.! Hidup kita benar-benar dibatasi waktu, dan kematian akan selalu datang menghampiri kita kapan saja Allah menghendakinya. Lalu, persiapan apa yang harus kita lakukan sebelum ajal menjemput kita?. Hidup adalah ibarat sebuah perjalanan. Jika kita hendak melakukan sebuah perjalanan maka segala sesuatunya harus dipersiapkan. Sebagai contohj: Jika kita ingin melakukan perjalanan menuju Surabaya, maka kita harus mempersiapkan segala sesuatunya, mulai dari biaya (ongkos), pakaian, obat-obatan, bahkan jalan mana yang harus kita lewati sehingga kita selamat sampai tujuan seperti yang kita kehendaki. Demikian pula dalam hidupi ini, tempat tujuan akhir kita adalah kematian. Lalu apa yang harus kita siapkan menghadapi kematian itu?. Rasulullah saw bersabda, “Orang yang cerdas adalah orang yang dapat menahan hawa nafsunya, dan ia beramal untuk persiapan setelah ia meninggal dunia” (HR: Muslim). Orang yang melakukan perjalanan, akan tetapi orang itu tidak tahu tempat tujuannya maka dia aldah orang bodoh. Dan jika dia sudah tahu tempat tujuannnya, akan tetapi tidak mempersiapkan bekal, maka ia pun termasuk orang bodoh. Orang cerdas adalah orang yang dalam melakukan suatu perjalanan, mengetahui ke mana tujuannya? Kemudian ia pun mempersiapkan bekal untuk perjalanan tersebut agar tiba di tempat tujuan dengan selamat. Dengan demikian, jika kita hidup di dunia ini yang diibaratkan seperti melakukan perjalanan, maka kita harus mengerti bahwa tujuan akhir kita adalah akhirat, kemudian kita pun harus mempersiapkan bekal untuk sampai ke akhirat dengan selamat dan bahagia. Orang yang hanya sibuk dan menyibukkan diri untuk kebahagiaan dunia saja tanpa memikirkan bekal untuk akhirat, naka sama saja dia melakukan sebuah perjalanan akan tetapi dia tidak mengetahui kemana tempat tujuannya dan dimana dia akan berakhir. Demikian pula orang yang mengetahui bahwa tujuan akhir hidup ini adalah akhirat akan tetapi dia tidak mempersiapkan bekal untuk akhiratnya, maka sama saja dengan orang bodoh. Oleh sebab itulah, dalam mengarungi bahtera hidup ini, yang pelabuhan akhirnya adalah akhirat, maka kita harus mempersiapkan bekal untuk menuju kampung akhirat itu dengan selamat dan bahagia. Lalu, bekal apa yang ideal dalam hidup kita ini? Allah swt berfirman, “Dan, berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal “ QS. Al-Baqarah: 197) Jadi, takwa-lah sebaik-baik bekal dalam hidup ini. Takwa adalah perasaan takut melakukan perbuatan dosa, takwa adalah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya. Takwa adalah seperti engkau berjalan di sebuah jalan yang oenuh dengan onak-duri lalu engkau berhati-hati agar tidak terluka oleh duri itu. Takwa adalah perasaan selalu diawasi oleh Allah dimanapun kita berada. Dengan takwa itulah, kebahagiaan akan dapat kita raih, bukan hanya kebahagiaan abadi di akhirat saja yang memang menjadi ujung perjalanan hidup kita, akan tetapi kebahagiaan juga akan kita rasakan saat dalam perjalanan hidup kita di dunia. Firman Allah swt, “Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah, maka Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dari segala masalah) dan akan memberi rezeki yang tidak diduga-duga” (QS. At-Thalaq: 2-3 “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi” (QS. Al-A’raf: 96) “Sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa mendapat kemenangan (yaitu) kebun-kebun dan buah anggur dan gadis-gadis remaja yang sebaya dan gelas-gelas yang penuh (berisi minuman). Di dalamnya mereka tidak mendengar perkataan yang sia-sia dan tidak (pula) perkataan dusta Sebagai pembalasan dari Tuhanmu dan pemberian yang cukup banyak.” (QS. An-Naba’: 31-36).

Rabu, 04 Juli 2012

Masa Depan Milik Kaum Muslimin













 Islamedia - Bagi seorang muslim kita wajib meyakini bahwa dunia akan menjadi milik kaum muslimin, dalam pengertian umat Islam akan kembali menjadi soko guru dunia, menebarkan rahmat untuk sekalian alam. Keyakinan ini tidak boleh berubah walau sejengkal. Sebab keyakinan ini bukanlah impian kaum yang tertidur, bukan pula igauan kaum yang tak sadar, tetapi keyakinan yang berasal dari jiwa yang hidup dan hati yang menggelora, serta kabar gembira dari wahyu Ilahiyah dan petunjuk kenabian. Benar apa yang dikatakan salah seorang pahlawan Islam, Al Imam Hasan Al Banna Rahimahullah: “Kenyataan hari ini adalah impian hari kemarin, kenyataan hari esok adalah khayalan hari ini.” Kabar Dari Al Quran Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الأرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. An Nuur (24): 55) Lihatlah …….. Allah ‘Azza wa Jalla telah berjanji kepada kaum beriman dan beramal shalih bahwa Dia akan menjadikan mereka sebagai penguasa dunia, dan Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan pernah mengingkari janjiNya, selama syaratnya terpenuhi; beriman dan beramal shalih. Berkata Imam Ibnu Katsir Rahmatullah ‘Alaih: هذا وعد من الله لرسوله صلى الله عليه وسلم . بأنه سيجعل أمته خلفاء الأرض، أي: أئمةَ الناس والولاةَ عليهم، وبهم تصلح البلاد، وتخضع لهم العباد، ولَيُبدلَنّ بعد خوفهم من الناس أمنا وحكما فيهم، وقد فعل تبارك وتعالى ذلك. “Ini adalah janji dari Allah kepada RasulNya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, bahwasanya Dia akan menjadikan umatNya sebagai khalifah di muka bumi, yaitu para pemimpin manusia dan penguasa atas mereka, ditangan merekalah perbaikan negeri, dan kepada mereka manusia akan tunduk, dan Allah akan benar-benar menggantikan dengan rasa aman kepada manusia setelah diliputi rasa takut dan menjadikannnya sebagai pengadil di antara mereka, dan Allah Tabaraka wa Ta’ala telah membuktikan hal itu.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 6/77. Darul Kitab Al ‘Arabi) Ayat lain: إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنْصُورُونَ وَإِنَّ جُنْدَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ “Sesungguhnya mereka itulah yang akan mendapat pertolongan, dan sesungguhnya tentara Kamilah yang pasti menang.” (QS. Ash Shaaffaat (37): 172-173) Berkata Imam Asy Syaukani Rahmatullah ‘Alaih: وهذا الوعد لهم بالنصر ، والغلبة لا ينافيه انهزامهم في بعض المواطن ، وغلبة الكفار لهم ، فإن الغالب في كل موطن هو : انتصارهم على الأعداء ، وغلبتهم لهم ، فخرج الكلام مخرج الغالب ، على أن العاقبة المحمودة لهم على كل حال ، وفي كل موطن كما قال سبحانه : { والعاقبة لِلْمُتَّقِينَ } [ القصص : 83 ] “Ini adalah janji kemenangan untuk mereka, dan kemenangan tidak berarti meniadakan adanya kekalahan mereka di beberapa medan perang, dan kemenangan terhadap orang yang inkar adalah untuk mereka. Sesungguhnya kemenangan pada setiap medan tempur itu bentuknya adalah: mereka ditolong ketika melawan musuh-musuh dan mereka menang melawan musuhnya, lalu keluarlah perkataan yang berasal dari orang yang menang bahwa hasil yang terpuji adalah milik mereka pada setiap keadaan pada setiap medan pertempuran, sebagaimana firmanNya: dan akibat yang baik adalah bagi orang-orang bertaqwa. (Al Qashash: 83).” (Fathul Qadir, 6/224. Mawqi’ Ruh Al Islam) Ayat lain: كَتَبَ اللَّهُ لأغْلِبَنَّ أَنَا وَرُسُلِي إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ “Allah telah menetapkan, Aku dan RasulKu pasti menang, sesungguhnya Allah Maha Kuat dan Maha Perkasa.” (QS. Al Mujadilah (58): 21) Imam Ibnu Katsir Rahmatullah ‘Alaih mengatakan: أي: كتب القوي العزيز أنه الغالب لأعدائه. وهذا قدر محكم وأمر مبرم، أن العاقبة والنصرة للمؤمنين في الدنيا والآخرة. “Yaitu: Allah Yang maha Kuat dan Perkasa telah menetapkan bahwa Dialah pemenang atas musuh-musuhNya. Ini merupakan hukum yang telah diutuskan dan perkara yang telah pasti. Bahwa akibat yang baik dan pertolongan adalah bagi kaum mukminin baik di dunia maupun akhirat.” (Tafsir Al Quran Al ‘Azhim, 8/54) Tiga ayat ini sudah mencukupi untuk menegaskan kembali keyakinan seorang muslim, bahwa mereka tidak boleh berputus asa, tidak boleh berhenti berjuang, karena masa depan dunia berada dalam genggaman mereka, sesuai apa yang dijanjikanNya. Kabar Dari Al Hadits An Nabawi Berikut ini akan kami paparkan beberapa berita kenabian yang menguatkan apa-apa yang sudah tercantum dalam Al Quran. Dari Ubai bin Ka’ab Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: بَشِّرْ هَذِهالْأُمَّةَ بِالسَّنَاءِ وَالرِّفْعَةِ، وَالدِّينِ، وَالنَّصْرِ، وَالتَّمْكِينِ فِي الْأَرْضِ “Berikan kabar gembira kepada umat ini dengan keagungan, ketinggian, agama, pertolongan, dan kedudukan di muka bumi.” (HR. Ahmad No. 21220, Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan: isnaduhu qawwiy. Juga diriwayatkan oleh Asy Syaasyi No. 1491, Al Hakim, 4/311. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman No. 6834, 10335, juga dalam Dalail An Nubuwah, 6/317-318 , dari jalan Zaid bin Al Hibab, dan lain-lain. Syaikh Al Albani menshahihkan dalam Shahihul Jami’ No. 2825) Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: إن الله يبعث إلى هذه الأمة على رأس كل مائة سنة من يجدد لها دينها “Sesungguhnya Allah mengutus kepada umat ini pada setiap seratus tahun orang yang memperbarui agamanya.” (HR. Abu Daud No. 4291, Al Hakim No. 8592, Al Baihaqi dalam Al Manaqib, 1/137. Syaikh Syu’aib Al Arna’uth mengatakan: rijaaluhu tsiqaat (para periwayatnya terpercaya). Syaikh Al Albani menshahihkan dalam berbagai kitabnya, As Silsilah Ash Shahihah No. 599, Shahih wa Dhaif Sunan Abi Daud No. 4291, Shahihul Jami’ No. 1874, dan Misykah Al Mashabih No. 247) Imam Adz Dzahabi Rahimahullah mengatakan: قال أحمد بن حنبل من طرق عنه: إن الله يقيض للناس في رأس كل مئة من يعلمهم السنن، وينفي عن رسول الله صلى الله عليه وسلم الكذب، قال: فنظرنا، فإذا في رأس المئة عمر بن عبد العزيز، وفي رأس المئتين الشافعي Berkata Ahmad bin Hambal dari berbagai jalur periwayatan darinya: “Sesungguhnya Allah akan mendatangkan bagi manusia pada awal setiap seratus tahun dengan orang yang mengajarkan mereka as sunah, dan akan mengingkari kedustaan terhadap Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.” Dia (Ahmad) berkata: “Kami melihat pada seratus tahun pertama adalah Umar bin Abdul Aziz, dan pada awal seratus tahun kedua adalah Asy Syafi’i.” (Siyar A’lamin Nubala, 10/46. Lihat juga kitab lain, Tarikh Baghdad, 2/62. Ma’rifah As Sunan wal Atsar, 1/138. Hiyatul Auliya, 9/97-98. Tarikh Ibnu ‘Asakir, 14/412/2. ‘Aunul Ma’bud, 11/260-261. Syamilah) Hadits lain, dari Hudzaifah bin Yaman Radhiallahu ‘Anhu: " تَكُونُ النُّبُوَّةُ فِيكُمْ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةٌ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا عَاضًّا ، فَيَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ يَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ مُلْكًا جَبْرِيَّةً ، فَتَكُونُ مَا شَاءَ اللهُ أَنْ تَكُونَ، ثُمَّ يَرْفَعُهَا إِذَا شَاءَ أَنْ يَرْفَعَهَا، ثُمَّ تَكُونُ خِلَافَةً عَلَى مِنْهَاجِ نُبُوَّةٍ " ثُمَّ سَكَتَ “Akan terjadi masa kenabian sesuai kehendak Allah masanya, kemudian Dia hilangkan jika Dia kehendaki. Lalu datang masa kekhilafahan di atas manhaj (metode/jalan) kenabian selama sesuai kehendak Allah, lalau Dia hapuskan sesuai kehendakNya. Kemudian zaman raja-raja menggigit selama sesuai kehendak Allah, lalu Allah hapuskan sesuai kehendakNya. Lalu datang masa raja-raja totoriter selama sesuai kehendak Allah, lalu Dia hapus sesuai kehendakNya. Kemudian akan datang masa kekhilafahan sesuai manhaj kenabian,” kemudian dia terdiam. (HR. Ahmad No. 18406, Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan: isnaduhu hasan. Al Bazzar dalam Al Bahr Az Zikhar No. 2796. Syaikh Al Albani juga menghasankan. Lihat Misykah Al Mashabih No. 5378. Al Haitsami mengatakan: rijaaluhu tsiqaat. Lihat Majma’ Az Zawaid, 5/188-189) Tanda – Tanda Kemenangan Sudah Terlihat Bagi seorang yang dianugerahi akal dan kekuatan, maka keyakinan tersebut mesti ditindaklanjuti dengan kerja nyata dan analisa yang mendalam. Kita lihat hari ini tanda-tanda kemenangan Umat Islam sudah terlihat. Di antaranya: ¡ Islam Agama tercepat pertumbuhannya di berbagai benua - Kegagalan kaum misionaris dalam memurtadkan umat Islam di banyak negeri-negeri Muslim - Frustasinya gerakan Zionis menghadapi perlawanan Palestina - Kesadaran berislam sejak awal abad 15 Hijriyah semakin Nampak. Hal ini dapat kita lihat berupa bangkitnya berbagai gerakan kebangkitan Islam di berbagai Negara dan institusi, jilbabisasi, maraknya islamic center, bank syariah, banyaknya majelis ta’lim, buku-buku Islam adalah buku terlaris, hidupnya sunah nabi, hukum-hukum Islam sudah mulai masuk ke hukum Negara baik secara substansi atau formal, dll) - Bangkrutnya peradaban Barat (merosotnya moral, kejenuhan mereka terhadap budaya sendiri, dll) Potensi Yang Dimiliki Umat Islam - SDM yang sangat banyak (1.5 Milyar penduduk dunia adalah muslim), bahkan terbanyak di dunia jika Katolik dan Protestan dipisahkan. - Banyak menduduki negeri-negeri yang memiliki kekayaan alam melimpah - Solidaritas keagamaan masih kuat - Pernah menguasai dunia selama hampir satu milenium - Memiliki kekuatan ideologi yang tidak dimiliki umat lain; yaitu aqidah islam, dan lainnya Kekurangan Dan Tantangan Umat Islam - Masih kurang Percaya Diri jika berhadapan dengan orang Barat, setelah dijajah mereka beberapa abad (mentalitas orang kalah) - Masih ada friksi (perpecahan) dalam tubuh umat Islam - Belum terkelolanya SDM dan SDA yang dimiliki - Dalam masalah moralitas remaja dan pejabatnya masih memprihatinkan - Dalam ekonomi masih tergantung negeri-negeri non muslim dan lembaga mereka - Cenderung reaksioner dalam menghadapi berbagai masalah - Tidak adanya pempimpin yang menyatukan mereka di tingkat Internasional Mudah-mudahan dengan keimanan yang mendalam (Imanul ‘Amiq), kesadaran keisalaman yang membaik, upaya yang tiada henti (amaliyah mutawashil), dibarengi saling ta’awun (tolong menolong) di atas bajikan, serta diiringi munajat kepada Allah Ta’ala, masa-masa keemasan akan kembali milik umat Islam. Wallahu A’lam wa ilaihil Musta’an …!

Hamas: Bongkar Dalang Pembunuhan Arafat














Islamedia - Izzat Rashiq, Anggota Biro Politik Hamas menegaskan bahwa keterlibatan Israel dalam pembunuhan mendiang Presiden Arafat tidak bisa dibantah, tetapi harus terus diinvestigasi untuk mengungkap sarana yang digunakan dan eksekutornya. Dalam pernyataannya di jejaring facebook, Rabu (4/7) Rashiq menuding entitas Israel bertanggung jawab atas pembunuhan mendiang Presiden Yaser Arafat. Menurutnya, Israel adalah pihak pembunuh syahid Yaser Arafat, dan itu tidak bisa dibantah. Yang harus diinvesitasi selanjutnya adalah alat yang digunakan dan pihak eksekutornya guna mengungkap semua rinciannya. Ia menambahkan, apakah Arafat dibunuh menggunakan racun yang dibuat di laboratorium Israel atau dengan gas beracun yang dibuat di instalasi nuklirnya atau lainnya? Banyak cara dan sarana untuk membunuh, namun tangah jahat zionis tetap satu, ungkapnya. Investigasi Al-Jazeera yang berlangsung selama 9 bulan mengungkap adanya zat polonium beracun di barang-barang pribadi Presiden Yaser Arafat yang digunakannya beberapa waktu sebelum kematiannya, hal itu diketahui setelah dilakukan pemeriksaan di lab Swiss. Dalam laporan yang disiarkan Selasa (3/7) Al-Jazeera mengungkap investigasi medis seputar kematian Arafat, analisis mengungkap bahwa pakaian, sikat gigi dan topi beliau mengandung zat polonium dalam jumlah besar, zat ini sangat langka dan sangat beracun. Tokoh Hamas, Sholah Bardawil menyerukan pentingnya melakukan investigasi serius dalam peristiwa syahidnya Presiden Yaser Arafat, yang mulai nampak jelas peristiwa tersebut telah direncanakan dan bukan kematian biasa. Sementara itu Kemenlu Palestina mengapresiasi upaya TV Al-Jazeera yang mengungkap peristiwa kematian Yaser Arafat karena racun polonium, peran Otoritas sangat ditunggu untuk mengungkap hakikat penting ini. Dalam rilis yang diterima Pusat Informasi Palestina, Rabu (4/7) Kemenlu menjelaskan pentingnya upaya investigasi persoalan ini supaya bisa mengungkap penyebab kematiannya dan menyeret pelaku yang terlibat dalam masalah ini. (infopalestina/qm)

Melepaskan Diri dari Barisan Dakwah














Dakwah ini tidak sebentar, sangat panjang perjalanannya. Coba perhatikan lagi, apa yang membuat dakwah bisa hidup selama lebih dari 1433 tahun. Ternyata ada janji Rasulullah yang mengatakan bahwasanya setiap 100 tahun ada generasi pembaharu yang siap untuk melahirkan dakwah lagi. Kalau sekitar tahu 1900 an keatas ada Moh. Natsir, lalu tahun 2000 keatas ada siapa? Seharusnya mulai sekarang kita harus memikirkan juga siapa generasi penerus kita selanjutnya. Generasi penerus yang siap untuk memegang api dakwah ini. Kenapa harus api? Ya, karena kalau dilepaskan akan membakar sekelilingnya, namun kalau dipegang, akan menyiksa atau bahkan menyakiti yang memegangnya. Begitulah dakwah, semakin sulit saja tantangannya. Mulai dari internal dakwah itu sendiri, sampai pada eksternalnya yang tantangannya semakin besar. Melepaskan diri dari barisan dakwah lalu berdakwah sendiri? Rasanya sangat bisa kalau hanya dipikirkan jangka pendek, akan tetapi ternyata kembali lagi, ternyata dakwah tidak bisa dilakukan sendirian. Bahkan orang paling bagus sedunia pun, tidak pernah lepas dari yang namanya jama’ah, yah Rasulullah ternyata tidak bisa sendiri sekalipun beliau adalah orang paling hebat di dunia. Sekalipun beliau adalah manusia yang namanya sering disebut tersebut tidak bisa hidup sendiri. Beliau membutuhkan yang namanya ”jama’ah”. Bahkan beliau membuat lingkaran kecil untuk mengkader, sehingga dari lingkaran kecil itu muncullah calon-calon pemimpin bangsa, sehingga menciptakan suasana yang islami. Akan tetapi tidak semua orang jaman itu merasakan nikmatnya halaqah bersama Rasulullah, hanya orang-orang terpilih lah yang beliau rekrut untuk menjadi kader terbaiknya. Sampai saat ini, lingkaran kecil itu masih kita rasakan, namun tidak semua orang merasakannya. Tempat orang awam yang menyebutnya sarang teroris tersebut merupakan sarana pengkaderan Rasulullah sehingga memunculkan sebuah jama’ah dengan pergerakan islami. Lalu muncullah negara madani. Sebuah negara kecil yang tidak semuanya islam, masih banyak orang-orang yahudi di dalamnya, masih banyak orang-orang munafik di dalamnya, namun mereka merasa ternaungi dengan islam. Akan tetapi sekarang ini, orang-orang awam phobia dengan islam. Hal tersebut tidak hanya saat ini saja, akan tetapi sudah lahis sejak 1928. ketika itu PKI lebih mendominasi media, mungkin saat ini juga. Sehingga dulu orang islam lebih merasa aman kalau tidak membawa-bawa nama islam. Hingga akhirnya diperparah ketika jaman Soeharto yang lebih menyudutkan islam dan mengidentikkan islam dengan teroris, sehingga kala itu islam seakan-akan kembali ke jaman rasulullah, yaitu berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Akan kah kita mengira Islam sudah aman? Tidak kawan, ternyata ketika zaman Gus dur, Islam terancam lagi. Terancam dengan dicabutnya peraturan tentang pelarangan yahudi di Indonesia. Akhirnya pada tahun 2000 yahudi berkembang di Indonesia. Jaman Pak SBY juga tidak jauh berbeda, teroris yang semakin menyudutkan islam membuat aktivis dakwah di Brawijaya terancam. Pernah kah kita teringat saat dimana setiap ba’da dhuhur ikhwan berkumpul di masjid Raden Patah –Brawijaya- untuk mengembangkan gerak dakwah mereka? Akan tetapi itu tidak berjalan lama, takmir masjid diganti, dakwah mulai menciut. Semoga saja tidak mati, kalaupun mati, semoga itu hanya mati suri, sehingga ketika bangun lagi, dakwah akan lebih menggebrak Brawijaya. Mungkin perkumpulan setiap selesai dhuhur itu hanya dirasakan senior 2007 keatas. Akan tetapi, besar harapan teman 2008,2009,2010 dan 2011 ikut merasakannya. Kembali lagi ke jama’ah, kenapa harus membutuhkan jamaah sementara sendirian saja bisa. Coba kita perhatikan lagi kenapa Rasulullah mewajibkan shalat berjamaah? Padahal shalat sendirian bisa lebih khusyu’ atau lebih lama dalam mendalami setiap ayat yang dibaca. Atau bahkan ada yang merasa bahwa shalat sendiri lebih cepat, tidak harus menunggu iqomah, atau bahkan tidak harus menunggu barisan lurus baru melaksanakan takbir. Akan tetapi memang kekeruhan dalam berjamaah itu lebih baik daripada kejernihan namun dilakukan sendirian. Dengan adanya berjamaah kita akan lebih dekat dengan sudara-saudara kita yang kesibukannya berbeda-beda. Bertemu dengan saudara-saudara yang hanya bisa ditemui ketika waktu-waktu shalat saja. Atau bahkan ibarat sebuah lidi yang digunakan membersihkan kotoran. –mungkin kiasan ini sudah lama dan sering kita dengar-. Kalau hanya dengan satu lidi, akankah bisa untuk membersihkan kotoran ayam yang sedang mengotori lantai? Coba kalau satu satu lidi tersebut digabungkan? Kotoran 10 ayam pun bisa untuk dibersihkan. Wallahu ’Alam. Oleh: Izzur Rozabi Mumtaz, Malang http://www.fimadani.com/melepaskan-diri-dari-barisan-dakwah/

Jangan Jadi Penikmat Dakwah!













Akhir-akhir ini, pertumbuhan organisasi Islam dan jumlah aktivis Islam semakin banyak, bahkan sangat banyak. Kalau kita masuk ke pelosok-pelosok desa, sudah semakin banyak jumlah aktivisnya. Apalagi di kota  besar, di kampus-kampus sangat banyak aktivisnya.
Namun, kalau kita perhatikan lebih dalam, maka kita akan menemui dari sekian banyak aktivis yang ada hari ini hanya sebagian kecil yang benar-benar dengan serius mengemban amanah dakwah, hanya sedikit yang memiliki tekad yang besar dalam beramal. Bisa dihitung orang-orang yang sebenarnya paling pantas menyandang predikat sebagai aktivis Islam. Mungkin jumlah aktivis yang benar-benar ikhlas dan berkontribusi sungguh-sungguh tidak lebih dari puluhan saja. Dan mungkin Anda bisa menghafal nama-nama mereka karena memang sangat sedikit.
Data aktivis Islam itu hanya terlihat banyak di dokumen, arsip, dan database saja. Namun kemana semua aktivis Islam itu pergi saat ada proyek-proyek amal yang menuntut kontribusi? Jika kita mau jujur pada diri kita, hari ini, yang banyak adalah kader aktivis Islam yang hanya menjadi penikmat-penikmat dakwah. Yang hanya hadir dari majelis ke majelis ilmu, kemudian mereka menjadi pengamat yang begitu nikmat mengomentari ini dan itu tentang perkembangan dakwah Islam hari ini. Mereka merasa cukup dengan perubahan mereka dari seorang muslim yang biasa-biasa saja, kemudian hari ini mereka telah masuk dalam lingkaran aktivis Islam. Mereka berhenti dan merasa cukup dengan apa yang ada pada diri mereka hari ini. Jika Anda bertanya pada mereka di organisasi mana saya mereka aktif, maka sebagian mereka bisa menyebutkan begitu banyak organisasi tempat mereka aktif, rata-rata diatas lima sampai sepuluh organisasi, namun hanya terdaftar namanya saja.
Jika suatu ketika Anda bertanya tentang peran dan kontribusi mereka dalam dakwah sejak mereka menyatakan bergabung dengan barisan aktivis dakwah Islam,  mereka hanya berkata, “Wah…, saya hanya simpatisan,” atau “Saya hanya pendengar saja,”  ada juga yang lebih parah mengatakan “Saya terjebak!” dan kalimat-kalimat lainnya yang sejenis.
Hari-hari mereka penuh dengan rutinitas. Setiap pekan jasad mereka hadir dalam lingkaran-lingkaran ta’lim (halaqah). Jasad mereka juga hadir dalam rapat dan pertemuan-pertemuan kader dakwah. Mereka juga hadir dalam seminar-seminar dakwah. Mereka membaca buku-buku dakwah. Mereka sangat menikmati artikel-artikel Islam dan kajian-kajian dakwah. Dan hanya sebatas itu. Ya, sungguh hanya itu saja yang mereka lakukan.
Namun ada pula yang lebih parah, mereka tidak tertarik membaca buku, dan mulai malas-malasan hadir di pengajian, saat halaqah yang mereka pertontonkan hanya kelemahan mereka, dengan memamerkan wajah ngantuk mereka. Jika Anda bertanya pada mereka, berapa buku yang sudah mereka baca, maka mereka hanya menuntaskan membaca satu atau dua buku saja dalam setahun. Ada pula yang hanya asyik membaca novel-novel dan cerpen yang kesannya sangat Islami kisahnya. Mereka hanyut dalam angan-angan cinta yang “islami”. Padahal kalau mau berkaca, orang-orang di level mereka semestinya bukan lagi menjadi penikmat novel-novel dan cerpen. Harusnya buku yang mereka konsumsi adalah buku-buku yang berhubungan dengan pemahaman dakwah mereka, karena mereka telah berjanji setia bahwa mereka telah menginfakkan harta dan jiwa mereka untuk memperjuangkan dakwah Allah. Mana janji manismu?
Biasanya, jika Anda perhatikan kehadiran mereka dalam agenda-agenda dakwah. Kebiasaan terlambat sudah menjadi trademark mereka. Karena mereka hanya memberikan waktu siwa mereka untuk dakwah Islam. Atau sedikit saja dari harta mereka untuk diinfakkan dijalan dakwah.
Padahal Allah pernah berfirman, “Dan janganlah kalian memilih yang buruk lalu kalian infakkan darinya.” (QS Al Baqarah 267)
Lalu kenapa yang diinfakkan adalah waktu sisa? Uang receh yang sudah tidak lagi berharga bagi mereka? Bukan kah Allah hanya menerima yang terbaik dari hambanya?
dakwah ini membutuhkan waktu utama kita, bukan waktu sisa.
dakwah ini membutuhkan harta utama kita, bukan harta sisa.
dakwah ini membutuhkan usia muda kita yang produktif, kuat dan sehat.
Islam ini meminta yang paling baik, mulia, dan agung dari diri kita semua.
Kalau kita lihat kembali sejarah para sahabat dan orang-orang shalih di masa lalu, kita akan temukan Abu Bakar yang telah menyedekahkan seluruh hartanya untuk dakwah. Saat Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Bakar, apa yang engkau sisakan untuk keluargamu?”
Abu Bakar menjawab, “Aku sisakan Allah dan Rasul-Nya untuk mereka.”
Tentu kita pun tahu siapa yang menjadi penyandang dana pasukan ummat Islam saat Perang Tabuk berlangsung? Beliau adalah Utsman bin Affan. Kita bisa bayangkan bagaimana beratnya beliau penjadi donatur tunggal. Beliau yang membiayai semua kebutuhan pasukan Muslimin saat itu. Mulai dari perbekalan, kendaraan perang bahkan sampai membiayai persenjataan saat itu. Dan kita pun tahu saat perang Tabuk jumlah pasukan Muslimin yang beliau biayai, lebih dari sepuluh ribu pasukan. Dan masih banyak lagi contoh kontribusi dakwah terbaik yang dipersembahkan oleh aktivis Islam di masa lalu.
Apa yang kita temukan hari ini? Bukan tidak banyak orang yang kaya raya, dan mereka adalah Muslim. Dan mereka pun adalah aktivis Islam. Namun kita tidak melihat mereka berinfak untuk membiayai dakwah dengan harta terbaik mereka. Bisa diamati bagaimana mereka begitu berat mengeluarkan infak bulanan dari penghasilan mereka untuk membiayai dakwah. Siapa yang siap menanggung dan membiayai proyek dakwah yang dahsyat ini? Siapa?
Sahabatku, sebenarnya masih banyak yang perlu kita renungi tentang keberadaan diri kita selama kita telah memutuskan untuk beriltizam dengan dakwah ini. Ketika saya mengatakan “mereka” sesungguhnya saya tidak sedang menunjuk siapa siapa. Bayangkan dihadapat kita ada cermin. Lihatlah wajah kita dicermin itu. Bertanyalah pada diri apakah benar kita aktivis dakwah Islam? Seperti kitakah profil kader dakwah Islam itu?
Mari bertanya, jika memang kita mengaku sebagai aktivis dakwah Islam, sudah berapa orang yang kita ajak pekan ini untuk hidup bahagia bersama Islam? Berapa orang yang sudah menjadi lebih baik di lingkungan kita dengan keberadaan kita? Bagaimana anak-anak kita? Apakah mereka betul-betul sudah hidup dalam nilai-nilai dakwah Islam? Bagaimana dengan istri dan suami kita? Apakah kita sudah hidup Islami? Sudahkah kita mendakwahi keluarga kita, tetangga kita, orang tua kita, atau mungkin kita belum melakukan semua itu? Lalu siapakah kita sebenarnya?
Sahabatku, jangan sampai hanya nama kita saja yang terdaftar dalam keanggotaan semua organisasi dakwah. Jangan sampai kehadiran kita dalam kegiatan kegiatan dakwah hanya untuk setor wajah dan mengisi absensi. Kemudian duduk, dengar, dan diam.
Mari kita buktikan bahwa kita betul-betul telah beriltizam dalam dakwah ini. Karena Islam memerlukan aktivis yang rela berkorban dan berkontribusi. Tidak ada manfaatnya jika kita hanya menonton dan berkomentar saat melihat persoalan ummat ini.
Coba bandingkan saat lampu padam di gelap malam, ada seseorang hanya berteriak-teriak ditengah kegelapan, mengkritik pengelola listrik negara, dan seterusnya. Seorang aktivis yang baik adalah ketika tahu bahwa listrik padam dan ruangan menjadi gelap, mereka akan berdiri dari tempat duduknya kemudian bergerak mencari sesuatu yang bisa menggantikan cahaya lampu listrik, menyalakan lilin atau lentera.
Sahabatku, sungguh keshalihan itu bukan dari kata, kemuliaan itu bukan dari ucapan. Namun, dengan amal dan kerja nyata.  Dan surga tidak akan bisa diraih tanpa melakukan perjuangan.
Rep/Red: Shabra Syatila