Senin, 19 Maret 2012

TOKOH ( Ustdz Cholid Mahmud )



















Memberi “imbalan” kepada pengisi acara dalam bentuk uang, sertifikat, plakat, piagam, souvenir, parcel, atau lainya bukanlah merupakan suatu keharusan, karena banyak yang melakukan seolah ini menjadi suatu hal yang wajib. Bahkan ada yang memasang tarif dengan mengatasnamakan “profesionalitas”.

Namun tidak semua pembicara mau menerima “ucapan terimakasih”.
Salah satunya adalah Ustdz Cholid Mahmud. Kisah ini saya dapat dari salah seorang sahabat saya yang pernah beinteraksi secara langsung dengan Ustdz Cholid Mahmud.

“Ini sebagai ucapan terimakasih, Ustdz.” Panitia mengulurkan amplop berisi uang.

Dengan santai ia menjawab, “Terimakasih cukup diucapkan saja.”

“Untuk uang bensin kalau begitu,” kata si Panitia terus berusaha ‘memaksa’ agar Ustdz Cholid mau menerimanya.

“Alhamdulillah, bensin saya masih penuh”

“Buat anak-anak dirumah, Ustdz?”

“Insya Allah, saya masih mampu menafkahi keluarga saya.”

“Baiklah, kalau begitu, untuk diinfakkan, mungkin?” panitia ini masih terus berusaha dan tidak mau mengalah.

“Kalau begitu, masukkan saja ke kotak infaq, ya…”

Kira-kira demikianlah cerita singkat yang kudapat dari seseorang yang Insya allah dapat dipercaya.

(Kisah nyata dari Ustdz Cholid Mahmud)

0 komentar:

Posting Komentar