Senin, 12 Maret 2012

Tahanan Wanita Palestina Ceritakan Pelecehan yang Mereka Alami di Penjara Israel












Sepanjang konflik Palestina-Israel, sekitar 800.000 warga Palestina telah ditahan oleh pemerintah Israel, lebih dari 10.000 di antaranya adalah perempuan. Banyak dari mereka tahanan perempuan menjadi sasaran beberapa bentuk pelecehan, seksual khususnya, tetapi sangat sedikit yang bersedia untuk berbicara. Pada malam Hari Perempuan Internasional, beberapa dari mereka memutuskan untuk memecah kebisuan tersebut.

SH, yang menolak untuk mengungkapkan nama lengkapnya, ditangkap selama beberapa hari dalam upaya untuk menekan suaminya, yang juga ditahan pada saat itu.

"Mereka menginterogasi saya dan petugas yang menginterogasi saya duduk di samping saya dan mencoba menganiaya saya tapi saya menolaknya," katanya kepada Al Arabiya.

Hanaa Shalabi, wanita yang dipenjarakan kembali oleh Israel dan telah melakukan mogok makan selama 21 hari sebagai protes terhadap penghinaan terhadap dirinya di dalam tahanan, mengatakan bahwa seorang perwira berpakaian sipil mengaku dia adalah seorang perawat di penjara dan memintanya untuk menanggalkan pakaian sehingga perwira itu bisa memeriksa dirinya.

"Ketika saya menolak, dia memanggil petugas lainnya yang mengikat saya dan mulai memukuli saya," katanya dalam sebuah pernyataan kepada Masyarakat Tahanan Palestina.

Pengacara Shalabi, Mahmoud Hassan mengatakan bahwa salah satu petugas perempuan Israel ingin dia melepas semua pakaiannya di depan interogator lain untuk pemeriksaan.

"Dia terus menolak sampai petugas harus memeriksanya di kamar mandi tapi mengancam akan membalas terhadap dia," katanya dalam pernyataan, yang Al Arabiya memperoleh salinannya.

Hassan menambahkan bahwa kliennya tangan dan kakinya terikat secara ilegal selama persidangan.

Shalabi, yang sejauh ini telah kehilangan berat badannya 10 kilo, bersumpah akan melanjutkan aksi mogok makan sampai dia dilepaskan. Dia dijatuhi hukuman enam bulan penjara dan hukuman dikurangi menjadi empat bulan, tapi tidak ada dakwan yang jelas yang dilontarkan terhadap dirinya.

Menurut mantan tahanan Iman Nafea, pemerintah Israel melecehkan tahanan perempuan sepanjang waktu jika tidak secara fisik maka setidaknya secara lisan.

"Dalam banyak kasus, mereka memeriksa tahanan perempuan setelah memaksa mereka melepas pakaian mereka. Hal ini sangat memalukan bahkan jika dilakukan oleh petugas wanita karena hal itu menunjukkan ada niat yang buruk. "

Nafea berpendapat bahwa perwira Israel tidak perlu mendapatkan tahanan telanjang untuk memeriksa mereka karena mereka memiliki peralatan canggih yang dapat mengungkapkan apa yang ada di balik baju bahkan di bawah kulit.

Nafea menambahkan bahwa pejabat Israel tidak selalu melecehkan para tahanan Palestina melalui kontak fisik langsung dengan mereka, tetapi mereka menggunakan bentuk lain dari pelecehan seksual.

"Saya tahu seorang wanita Palestina yang diserang dengan sebuah tongkat dan beberapa petugas lainnya terus-menerus mengancam akan memperkosanya."

Pada kesempatan Hari Perempuan Internasional, yang merupakan hari libur resmi di Palestina, Menteri Sosial Palestina Magda al-Masry menyatakan bahwa perempuan selalu menjadi bagian integral dari perjuangan Palestina untuk kebebasan.

"Perjuangan ini diwujudkan dalam penderitaan tahanan perempuan seperti Hanaa Shalabi," katanya kepada Al Arabiya.

Masry menambahkan bahwa pemerintah Palestina harus mengambil sikap tegas terkait pemeriksaan telanjang terhadap tahanan perempuan Palestina.

"Ini melanggar semua hak hukum manusia dan dunia harus memecah keheningan tersebut."

Semua wanita Palestina, Masry menekankan, akan menandai Hari Perempuan Internasional dengan menyatakan solidaritas terhadap Shalabi.

"Kita semua akan mendukung Shalabi sampai pasukan pendudukan Israel membebaskan dia."

Beberapa organisasi HAM Israel mengajukan 17 keluhan atas nama tahanan perempuan Palestina yang menuduh pejabat Israel melakukan pelecehan seksual terhadap mereka.

Sumber: eramuslim

0 komentar:

Posting Komentar