Minggu, 19 Februari 2012

Memoar Mukena Lusuh












  
dakwatuna.com

Sehelai mukena tua terbengkalai di sudut rumah mewah
Putihnya kini berganti coklat lusuh
Mungkin termakan usia renta
Bersama tikus-tikus yang berlomba melahapnya
Dahulu…
Bukanlah istana yang megah
Yang menjadi ruang untuk mukena lusuh
Hanya sepetak gubuk reot yang hampir roboh
Penghuni-penghuninya senantiasa sujud
Dengan mukena lusuh itu
Menjadi sahabat di sepertiga malamnya
Mengagungkan Tuhannya
Meminta belas biar hidup tak hanya memelas
Detik pun memetik doa si penghuni
Lalu robohlah gubuk reot itu terinjak buldozer
Berganti megahnya rumah bak istana
Seiring berganti jua isi hati sang penghuni
Tak ada lagi Tuhan dalam deru nafasnya
Dalam detik hidupnya, dalam detak jantungnya
Semuanya sirna karena sinar dunia
Kini mukena itu mungkin telah lenyap
Menjadi santapan tikus-tikus
Seperti hati penghuni itu
Putihnya kini menuai kusam
Karena dunia yang telah di genggam

0 komentar:

Posting Komentar